Wandering to “DIS&DAT: Visual Dialogues on Art Toys”
Oleh Mita
31/8/2021 - 14/9/2021
Sejak pandemi Covid-19, event seni secara luring menjadi semakin jarang digelar. Namun, Sika Gallery tetap hadir dengan pameran “DIS&DAT (Display of Denizen of Art Things): Visual Dialogues on Art Toys” pada tanggal 31 Juli hingga 9 September 2021. Dengan mengikuti protokol kesehatan, tentunya.
Sebagai salah satu galeri kontemporer di Bali, kali ini Sika Gallery mengusung konsep Art Toys atau yang kerap disebut dengan istilah Designer Toys atau Urban Toys.

Masuk ke ruang pameran, kita akan disambut oleh karya-karya para seniman yang diekspresikan dalam rupa “mainan” 3 dimensi. Mainan konvensional umumnya diidentikkan untuk anak-anak. Tetapi dalam pameran ini mainan didefinisikan kembali, dimana gagasan seni dan desain menyatu dalam wujud mainan.

Sebenarnya apa itu Designer Toys/Art Toys/Urban Toys?

Art Toys mengacu pada mainan yang dibuat oleh desainer atau seniman dan biasanya dikoleksi. Art Toys terlahir dari budaya pop (pop culture) dan gaya kehidupan masyarakat urban. Maka dari itu disebut pula Urban Toys. Identitas populer yang saling bertumpuk seringkali bermunculan dari visual Art Toys.
Berbeda dari mainan pada umumnya, Art Toys mencakup persepsi estetika dan juga konsep yang orisinal dari senimannya. Imajinasi yang liar juga menjadi salah satu karakteristik dari Art Toys. Oleh karena itulah bentuk dan desainnya tidak pernah sama antara satu dengan lainnya, menjadikannya unik dan khas.


Art Toys dibuat dalam jumlah terbatas, berbeda dengan mainan mainstream yang dapat memproduksi produk yang sama hingga ratusan ribu unit.
Terdapat aturan tidak tertulis, dimana seniman Art Toys tidak akan memproduksi ulang varian mainan yang sama walaupun dilihat menguntungkan secara komersil.
Berbeda dengan mainan pabrikan yang dapat melakukan reissue varian mainan yang telah ada.
Perbedaan lainnya, mainan konvensional dibeli untuk dimainkan sedangkan Art Toys umumnya dinikmati dengan dilihat/dipajang.

Toys Movement mengawali perkembangan Art Toys pada tahun 1990-an hingga 2000 awal. Pada tahun 1997, Michael Lau, desainer asal Hong Kong menggerakkan ide konsep awal dari Designer Toys dengan mainan vinyl-nya. Ia mendandani boneka GI Joe dengan gaya ala penyanyi hip-hop.
Budaya urban seperti musik hip-hop, skateboard culture, dan street fashion sangat mempengaruhi karya-karya Lau. Sejak itu, para desainer Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat mulai berlomba-lomba membuat mainan sesuai kreativitas mereka tanpa harus dibatasi oleh campur tangan industri mainan Art Toys/Designer Toys menjadi suatu bentuk bentuk perlawanan terhadap mainan yang mainstream.
Selain itu, terdapat istilah “Superflat” yang dicetuskan oleh seniman Takashi Murakami. Superflat didasarkan pada sejarah panjang seni Jepang dan dipengaruhi oleh gambar 2D yang terlihat di anime, manga, dan seni rupa Jepang.

Di Bali sendiri sebelumnya sudah pernah dilaksanakan pameran Art Toys, namun pada saat itu tidak menggunakan istilah Art Toys/DesignerToys/Urban Toys. Salah satunya adalah Pameran “This and That” yang diadakan oleh Heart Lab Bali tahun 2017 di Artotel Sanur. Sayangnya tidak banyak ulasan mengenai pameran tersebut.
Heart Lab Bali didirikan tahun 2002. Karya-karyanya mencirikan objek 2 dimensi maupun 3 dimensi yang memberi kesan menyenangkan dan lucu untuk berbagai proyek seni serta koleksi pribadi. Karya-karyanya merupakan imajinasi-imajinasi liar, mengusung tokoh/karakter terkenal yang dikombinasikan, dipelintir, dan dicampur aduk dengan tokoh-tokoh lainnya sehingga tercipta bentuk gabungan yang menarik. Budaya pop dan budaya tradisional melebur menjadi satu.


Budaya popular dan konsep tradisional lebur dalam karya Art Toys, begitu pula dengan jarak antara seni tinggi dan seni rendah (high art dan low art). Secara keseluruhan, pameran ini memberikan perspektif yang berbeda. Membangkitkan inner child dalam diri kita, juga mengajak kita berkontemplasi melalui konsep yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.


Pameran DIS&DAT diikuti oleh seniman/desainer dari berbagai daerah di Indonesia. Antara lain adalah Bali, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Keragaman medium dan teknik yang digunakan juga menambah kedinamisan pameran ini. Medium yang digunakan pada karya-karya di pameran ini sangat variatif, di antaranya yaitu kertas, kayu, terakota, kain, dakron, keramik, vynil, porcelain, benang, resin, dan lainnya.
Di pameran ini para seniman /desainer dapat dengan bebas mengeksplorasi dan mengembangkan aneka ragam teknik dan medium. Misalnya pada karya Awan Yozeffani dengan teknik Sashiko. Sebuah teknik sulam dekoratif yang umumnya digunakan untuk produk fashion. Disini, teknik kerajinan (craft) diolah menjadi karya fine art.

Sika Gallery melalui pameran DIS&DAT (Display of Denizen of Art Things): Visual Dialogues on Art Toys”, mengangkat wacana seni urban. Art Toys bisa dibilang cukup baru dalam ranah skena seni di Bali, bahkan sepertinya masih sangat jarang didiskusikan.
Meskipun collectible toys seperti action figures hingga Happy Meals sudah tidak asing lagi, namun istilah Art Toys/Urban Toys/Designer Toys masih cukup asing di Bali. Pameran seni (rupa) umumnya mengusung karya-karya seni lukis, grafis, patung, instalasi, masih sangat jarang ada pameran yang secara spesifik mengusung karya Art Toys. Pameran ini menjadi ajang yang penting untuk membuka dan memperkenalkan wacana baru dalam merespon budaya urban melalui “mainan”.
