Denpasar 2022: Why? Young
Oleh Ni Wayan Penawati
Rupa Bali special collaboration bersama
Cush Cush Gallery Denpasar 2022 #3
12/1/2023 - 11/2/2023
Merespon tema It's About Time (Sudah Waktunya), tiga kurator Alumni Curatorial Residency Denpasar 2021 asal Bali dapat kesempatan mewujudkan proposal pameran yang mereka presentasikan di akhir residensi lalu. Disini kita akan menghadirkan proses kurasi masing-masing kurator.
Ketiga kita akan kehadiran suguhan Kurator Ni Wayan Penawati alias Pena dengan judul pamerannya:
Why? Young
Without tradition, art is a flock of sheep without a shepherd. Without innovation, it is a corpse.”- WINSTON CHURCHILL
WHY ? YOUNG menjadi bagian dari event IT’S ABOUT TIME program Cushcush galeri.
Galeri cushcush rutin melaksanakan program kuratorial residensi, sebagai alumni di tahun 2021 yang bertajuk Rising Sea
Ditahun ini kami bertiga saya Pena, Wicitra, dan Mita berkesempatan mempraktikkan langsung kerja kurasi dengan menyelenggarakan pameran ini dari tanggal 7 oktober 2022 hingga 19 November 2022
Memulai berdiskusi dan saling berbagi informasi bersama dengan mentor Savitri Sastrawan dan Made Susanta dari 3 bulan sebelum event ini diselenggarakan



Berangkat dengan kegelisahan mengenai regenerasi keberlanjutan antara tradisi dan kesenian di Bali, dengan memplesetkan kata Wayang menjadi Why? Young (arti: Kenapa? Muda) yang ingin mempertanyakan tentang perkembangan kekaryaan perupa muda Bali dengan metode karya seni tradisi Bali tersebut - mengingat juga Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian klasik di Bali.
Menghadirkan berbagai macam metode karya seni kontemporer Bali dari tiga perupa muda Bali yang berangkat dari seni tradisi serta ritual Bali. Dengan itu ada sebuah dekonstruksi tradisi yang disuguhkan untuk dilihat dan ditelaah pengunjung. Tentu hal-hal yang disuguhkan disini menjadi sebuah hasil adanya regenerasi yang progresif.

Seniman Gerabah Gusti Dalem
Gusti Dalem merupakan seniman yang menggeluti media gerabah. Hasil kekaryaanya mampu mengubah cara pandang kita sebelumnya mengenai fungsi gerabah ini sebagai seni pakai, namun di tangan Gusti tanah liat ini ia murnikan menjadi seni untuk seni (seni murni/fineart). Disamping obsesinya melihat sifat tanah keramik yang dihasilkan di tanah kelahiranya yakni Bali, Gusti Dalem terus mengeksplorasi bagaimana kebudayaan dalam memandang tanah sebagai bagian dari peradaban yang ia kemas dalam seni kontemporer.


Eka Sutha dengan Jaje cacalan
Ida Bagus Eka Suta Harunika, atau biasa dipanggil Eka Sutha (b.1997) kelahiran Karangasem mulai mengenal dunia seni sejak masih kanak-kanak. Lahir di keluarga Brahmin atau brahmana membuat hari-hari kecil Eka Sutha terbiasa dengan hal-hal berbau ritus keagamaan. Keakraban dengan berbagai visual upakara banyak memberi pengaruh dalam proses kekaryaannya.


IG Sukarya Penatah Kulit Sapi
Seniman yang gemar dengan medium kulit sapi. Ia mengenal seni tatah ketika menjalani proses perkuliahan. Karya-karyanya terinspirasi dari kehidupan sehari- hari, adat dan budaya. Dari temuan eksplorasinya I.G Sukarya memilih untuk menggunakan kulit sapi, sebagi sebuah media yang terpaut dengan regenerasi perkembangan citra dari seni tatahan yang awalnya diperuntukkan untuk seni pakai/pesanan menjadi seni murni. Dimata I.G Sukarya hal ini menjadi bentuk yang lebih sederhana dan dekat dengan realitas hari ini.

Sebagian besar benda-benda kerajinan seperti gerabah, jaje suci, wayang kulit, dianggap tidak begitu spesial dan mungkin biasa saja, namun di tangan perupa muda ini metode teknis dan visual nya berbeda. Dalam pameran ini sudah waktunya untuk menghadirkan para seniman muda yang karyanya diinisiasi oleh konteks budaya lokal yang dikemas dalam ungkapan berkesenian hari ini. Perkembangan ini diwakilkan dengan menghadirkan tiga perupa muda Bali yang berangkat dari seni tradisi serta ritual Bali.
Dalam pameran ini sudah waktunya untuk menghadirkan para seniman muda yang karyanya diinisiasi oleh konteks budaya lokal yang dikemas dalam ungkapan berkesenian hari ini. Perkembangan ini diwakilkan dengan menghadirkan tiga perupa muda Bali yang berangkat dari seni tradisi serta ritual di Bali, yang dimana hasil berkeseniannya dapat dikonsumsi.
Ada sebuah dekonstruksi tradisi yang dilakukan perupa Gusti Dalem dengan mengolah gerabah keramik visual seni pakai menjadi seni murni. Lain dengan Eka Sutha merekomposisi jaje cacalan dari pulogembal yang dimaknai ulang dengan konteks hari ini. Sedangkan IG Sukarya mengembangkan seni tatah kulit dengan objek realistik.


Terima kasih Cush Cush Gallery atas kesempatan berkolaborasi mengenalkan pameran Denpasar 2022
kali ini!